Monday, April 18, 2011

Jalan Raja

Zaman dahulu kala,
tersebutlah seorang
Raja, yang menempatkan
sebuah batu besar di
tengah-tengah jalan.
Raja tersebut kemudian
bersembunyi, untuk
melihat apakah ada yang
mau menyingkirkan batu
itu dari jalan. Beberapa
pedagang terkaya yang
menjadi rekanan raja
tiba ditempat, untuk
berjalan melingkari batu
besar tersebut. Banyak
juga yang datang,
kemudian memaki-maki
sang Raja, karena tidak
membersihkan jalan dari
rintangan. Tetapi tidak
ada satupun yang mau
melancarkan jalan
dengan menyingkirkan
batu itu.
Kemudian datanglah
seorang petani, yang
menggendong banyak
sekali
sayur mayur. Ketika
semakin dekat, petani ini
kemudian meletakkan
dahulu bebannya, dan
mencoba memindahkan
batu itu kepinggir jalan.
Setelah banyak
mendorong dan
mendorong, akhirnya ia
berhasil menyingkirkan
batu besar itu. Ketika si
petani ingin mengangkat
kembali sayurnya,
ternyata ditempat batu
tadi ada kantung yang
berisi banyak uang emas
dan surat Raja. Surat
yang mengatakan bahwa
emas ini hanya untuk
orang yang mau
menyingkirkan batu
tersebut dari jalan.
Petani ini kemudian
belajar, satu pelajaran
yang kita tidak pernah
bisa mengerti. Bahwa
pada dalam setiap
rintangan, tersembunyi
kesempatan yang bisa
dipakai untuk
memperbaiki hidup kita."

“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.” (Soe Hok Gie)